Artikel tentang kesehatan, kecantikan, hidup sehat, tips sehat, pengobatan alternatif, herbal yang akan membuat hidup anda jadi lebih baik... Dan lebih sehat tentunya!

Wednesday, February 4, 2009

Faktor Genetik Dapat Memicu Alergi Pada Anak


Alergi bisa menimpa siapa saja, termasuk anak-anak. Kenyataannya, setiap orang memang beresiko mengidap alergi meskipun tidak ada riwayat akergi dalam keluarganya!

“Tapi walaupun begitu, bila orangtua tidak mengidap alergi, kemungkinan anaknya tidak beresiko,” kata EM Dady Suyoko.

Resiko seorang anak untuk mengidap alergi susu sapi bakal lebih besar apabila dipicu faktor genetika. Kemungkinan, salah satu atau kedua orangtuanya mengidap.

“Kalau salah satu orangtua mengidap alergi, kemungkinannya bisa mencapai 30 persen. Bila kedua orangtuanya alergi, resikonya hampir 50 persen,” tegasnya.

Ia mengatakan, tidak semua anak memiliki resiko yang sama. “Tak semua anak, bisa satu anak atau dua dari tiga anak. Jadi, tak tergantung jumlah,” tambahnya.

Bentuk atau jenis alerginya pun tidak harus selalu identik atau sama dengan orangtuanya. Misalnya, bila sang ibu mengidap alergi asma atau ayahnya alergi gatal akibat udang, maka anaknya tidak harus memiliki alergi salah satu di antara alergi tersebut.

Selain faktor keluarga, faktor jenis kelamin juga sedikit mempengaruhi resiko alergi pada anak. Menurut dia, resiko alergi pada anak khususnya di bawah usia 12 tahun cenderung lebih besar dialami anak laki-laki ketimbang anak perempuan.

Saat masih di bawah usia 12 tahun, resiko perempuan mengalami alergi memang lebih sedikit dibanding pria. Kenapa? Periode itu, proporsi saluran pernafasan laki-laki belum begitu sempurna seperti wanita. Tetapi menjelang dewasa, resikonya sama.

Pada masa hamil, wanita yang punya asma kemungkinan bisa kambuh lagi karena dipicu faktor hormonal, meskipun tidak semua akan mengalaminya karena ini sangat individual.

Untuk menekan resiko alergi pada anak, sebaiknya anak dihindarkan dari lingkungan atau suasana yang menimbulkan alergi.

Paparan terus-menerus berada di lingkungan yang banyak alergen, seseorang bisa menjadi sensitif alergi. Sejak kecil, kita jangan dibiasakan hidup dilingkungan alergi. Misalnya, di rumah tidak perlu banyak karpet, kasur kapuk, atau benda-benda yang bersifat alergen.


Sumber : Harian “Rakyat Merdeka” edisi 21 Januari 2009

No comments:

Post a Comment