Artikel tentang kesehatan, kecantikan, hidup sehat, tips sehat, pengobatan alternatif, herbal yang akan membuat hidup anda jadi lebih baik... Dan lebih sehat tentunya!

Saturday, February 21, 2009

Ramuan Herbal Untuk Perut Kembung


fat guy wigglin his stomach Pictures, Images and Photos

Perut kembung tentu sungguh tak mengenakkan. Mau melakukan aktivitas pun rasanya menjadi serba salah. Apalagi bila sedang tak berada di rumah, rasanya ingin segera bertemu dengan kasur sekedar untuk meredakan rasa nyeri. Berikut ada resep tradisional yang dapat dicoba :

Ramuan 1 :
Jahe. Ambil 4 ruas jahe lalu ditumbuk, diperas untuk diambil airnya. Setengah gelas air jahe lalu ditambah gula jawa secukupnya lalu diminum. Kembung perut dan masuk angin akan segera sirna.

Ramuan 2 :
Beligo. Perut kembung akan segera sembuh dengan air beligo. Caranya, ambil buah beligo yang tidak terlalu besar. Kupas kulitnya lalu direbus. Dinginkan kemudian peras untuk diambil sarinya dengan menggunakan kain bersih. Ambil air perasan setengah gelas, minumlah.

Ramuan 3 :
Kayu manis. Bubuk kayu manis 1/4 sendok teh dicampur dengan 2 sendok makan madu. Diminum setiap hari sebelum makan sampai sembuh. Campuran ini mengurangi kadar asam dalam perut dan juga sekaligus membantu mencerna makanan daging.


Sumber : Harian "Jurnal Bogor" edisi 20 Februari 2009

Tips Sehat Dengan Cara Murah



Olahraga merupakan salah satu kunci utama untuk memperoleh kesehatan. Banyak orang rela merogoh kocek agak dalam untuk berolahraga, padahal olahraga dapat dilakukan dengan cara yang murah meriah yaitu berjalan kaki!

Dr. Handrawan Nadesul mengatakan bahwa untuk berolahraga semuanya dikembalikan lagi kepada niat. Apabila seseorang memiliki niat yang besar serta dilakukan dengan sungguh-sungguh maka olahraga tidak lagi menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan.

"Jalan kaki dengan tergopoh-gopoh merupakan olahraga murah meriah dan dapat dilakukan oleh siapa saja," kata Handrawan.

Ia menjelaskan, khasiat dari jalan kaki tergopoh-gopoh atau secara ilmiah dikenal dengan istilah brisk walking sama dengan olahraga aerobik lainnya. Bahkan untuk beberapa orang yang mengidap penyakit tertentu atau berusia lanjut, jalan kaki tergopoh-gopoh lebih disarankan daripada olahraga aerobik lainnya!

Jalan kaki tergopoh-gopoh berbeda dengan jalan santai karena dilakukan dengan kecepatan 6 kilometer per jam atau 100 meter per menit. Layaknya jenis olahraga lainnya, jalan kaki tergopoh-gopoh juga harus dilakukan secara rutin minimal lima kali dalam seminggu sekitar 45 menit.

Handrawan menuturkan, untuk langkah awal sebaiknya olahraga ini dilakukan secara bertahap. Untuk penderita jantung, kanker atau penyakit berat lainnya sebaiknya berkonsultasi dulu dengan dokter yang menanganinya. "Tetapi kalau penyakit yang mereka idap sudah terkendali saya rasa tidak masalah untuk melakukannya sendiri," ujar dokter yang piawai menulis puisi ini.

Sebagai patokan, jalan kaki dengan tergopoh yang anda lakukan sudah memenuhi target apabila denyut jantung sudah mencapai 60 persen dari 220 dikurangi umur. Kalau pada minggu-minggu awal target belum tercapai maka jangan dipaksakan, sebaliknya pertahankan apabila target sudah tercapai.

Meski murah dan gampang dilakukan tetapi manfaat dari jalan kaki tergopoh-gopoh tidak kalah dengan olahraga lainnya. Penelitian yang dilakukan oleh Duke University Medical Center menyebutkan bahwa jalan kaki selama 30 menit setiap harinya dapat mengurangi metabolic syndrome yang merupakan penyebab tingginya resiko terkena penyakit jantung, diabetes dan stroke.

Berjalan kaki tergopoh-gopoh memperderas aliran darah ke dalam koroner jantung. Dengan demikian kecukupan oksigen otot jantung terpenuhi dan otot jantung terjaga untuk bisa tetap cukup berdegup sehingga menekan resiko serangan jantung.

Bukan hanya itu, jalan kaki tergopoh-gopoh juga melatih kelenturan pembuluh darah arteri tubuh untuk menguncup dan mengembang.

Hal itu terjadi karena mengejangnya otot-otot tubuh yang berada di sekitar dinding pembuluh darah sewaktu melakukan kegiatan berjalan kaki tergopoh-gopoh itu.


Sumber : Harian "SoccerPlus" edisi 20 Februari 2009

Friday, February 20, 2009

Sikat Gigi Yang Bagus Dan Teknik Menyikat Gigi Yang Benar


Sikat gigi yang baik adalah sikat gigi yang memiliki bulu lembut dan lebar serta kepala sikat giginya mampu menjangkau seluruh permukaan gigi dan gusi. Sebaiknya pula, sikat gigi yang dipilih berukuran kecil. Ukuran kepala sikat yang dewasa 2,5 centimeter, sedangkan untuk anak-anak 1,5 centimeter.

Apakah anda sering merasa sakit pada gusi? Ternyata hal ini bisa disebabkan bila lupa dan lalai untuk mengganti sikat gigi, terutama bila sikat gigi sudah mekar serta tidak lurus lagi. Padahal, peran sikat gigi, gusi dan rongga mulut adalah suatu hal yang tak dapat ditunda untuk keluarga. Demikian diungkapkan oleh drg. Masayu Rubianti, dokter gigi dari Allure Esthetic and Health Clinic yang berlokasi di jl. Jalak Harupat No.19, Bogor.

Menurut Masayu, sebaiknya anda melakukan penggantian sikat gigi setiap tiga bulan sekali atau segera mengganti bila bulu-bulu sikatnya telah mekar dan tidak lurus lagi.

Sebab, bulu sikat yang telah mekar dan tidak lurus lagi bisa melukai gusi yang akan menyebabkan infeksi dan pembengkakan pada gusi.

"Timbunan plak juga susah dihilangkan pada permukaan gigi. Bila dibiarkan akan mengeras dan menjadi karang gigi yang berwarna kehitaman, kecoklatan atau kehijauan," kata Masayu.

Plak gigi adalah lapisan kuman yang mengeras dan melekat erat pada permukaan gigi. Plak bisa dihilangkan bila anda melakukan kunjungan ke dokter gigi, dimana si dokter gigi akan melakukan tindakan scaling (pembersihan plak dan karang gigi).

"Plak juga bisa dihilangkan dengan pasta gigi yang mengandung fluoride dan dengan penggosokan gigi secara teratur," ujar Masayu.

Masayu melanjutkan, sikat gigi itu harus dirawat. Sikat gigi yang telah dipakai harus dikeringkan  guna menjaga bulu sikat agar tidak lembab dan menjadi sarang kuman serta jamur. Gagang sikat gigi juga harus dijaga supaya selalu kering dan tak ditumbuhi jamur. Bila bulu sikat sudah kering, dianjurkan sikat gigi dilindungi dengan helm untuk menjaga bulu sikat tetap bersih.

"Pilihlah gagang sikat gigi yang nyaman dalam genggaman tangan. Sebab, bila licin bisa terpeleset dan menyebabkan gusi terluka. Untuk anak-anak, pilih sikat gigi yang lembut, kepala sikat kecil dengan pegangan sikat yang tidak licin. Bagi pengguna kawat gigi, pakailah sikat gigi khusus yang mampu membersihkan kotoran yang menempel di sela-sela gigi dan kawat," terang Masayu.

Ada dua macam sikat gigi yang harus dipakai oleh pengguna kawat gigi setiap kali sikat gigi, yakni sikat gigi vertikal dan horizontal. Sikat gigi biasa tidak akan mampu menjangkau sela-sela gigi.

Selain menggunakan sikat gigi yang baik, penggosokan gigi juga harus dilakukan dengan teknik yang benar.

Semua target penggosokan gigi yang harus dilakukan, antara lain permukaan gigi, geraham, sela-sela gigi, gusi serta permukaan lidah. Biasanya lidah dibersihkan dengan alat khusus lidah. Upayakan penggosokan gigi yang merata agar tidak ada sisa-sisa makanan yang menempel dan terselip di sela-sela gigi.

"Cara menggosok gigi yang tidak benar dan berlangsung lama, tentunya akan menyebabkan abrasi dan rasa ngilu pada gigi. Abrasi merupakan cekungan yang terjadi pada gigi. Cekungan ini akan terasa ngilu jika terkena rangsangan suhu, rasa serta bila terkena bulu sikat," papar dokter yang juga buka praktek di Puskesmas Bantar Kemang, jl. Durian Raya No.86 itu.

Teknik menyikat gigi yang benar adalah dengan melakukan penyikatan pada :
  1. Bagian luar gigi depan atas
  2. Bagian belakang samping gigi atas dan bawah
  3. Permukaan gigi-gigi geraham belakang atas dan bawah
  4. Bagian dalam gigi-gigi atas
  5. Bagian dalam gigi-gigi bawah
Tiga hal penting untuk sikat gigi anda :
  1. Ganti sikat gigi anda setiap tiga bulan sekali
  2. Jaga sikat gigi anda agar selalu kering
  3. Lindungi kepala sikat gigi anda dengan helm atau pelindung sikat gigi


Sumber : Harian "SoccerPlus" edisi 20 Februari 2009

Wednesday, February 4, 2009

Susu Kedelai Tidak Efektif Mencegah Alergi Susu Sapi


Susu kedelai atau soya ternyata tidak bermanfaat dalam mencegah alergi susu sapi. Persatuan Dokter Gastroenterologi, Hepatologi dan Nutrisi Anak-Anak Eropa tidak merekomendasikan susu formula soya.

Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI dr. Badriul Hegar mengemukakan bahwa idealnya untuk pengobatan terhadap alergi susu sapi adalah dengan mengkonsumsi susu formula asam amino.

“Kegagalan penggunaan susu soya mencapai 20 persen. Susu formula asam amino dinilai lebih ideal dibandingkan dengan susu formula protein hidrolisat ekstensif,” kata dr. Dady Suyoko.

Menurut dia, terapi menggunakan susu protein hidrolisat ekstensif masih ditemukan kegagalan sekitar 10-30 persen.

Mengingat harga susu asam amino yang relatif mahal, susu formula protein hidrolisat ekstensif dapat dicoba pada tahap awal dan apabila gagal, baru ditukar dengan susu asam amino.

“Pada alergi akut, penggunaan susu asam amino lebih sering digunakan,” paparnya. Susu asam amino, lanjutnya, mampu mendiagnostik alergi susu sapi lebih tepat daripada susu formula protein hidrolisat ekstensif pada saat mengganti susu formula sapi biasa dan rasanya diklaim lebih disukai oleh bayi.

“Memang rasanya tidak seenak susu sapi biasa, tetapi tetap lebih enak bila dibandingkan dengan susu formula protein hidrolisat ekstensif,” ujar dr. Badriul.

Penggunaan terbaik dilakukan pada bayi berusia satu tahun. “Pada usia tahun pertama kehidupan, sistem imun seorang anak relatif masih prematur dan sangat rentan,” katanya.

Sumber : Harian “Rakyat Merdeka” edisi 21 Januari 2009

Faktor Genetik Dapat Memicu Alergi Pada Anak


Alergi bisa menimpa siapa saja, termasuk anak-anak. Kenyataannya, setiap orang memang beresiko mengidap alergi meskipun tidak ada riwayat akergi dalam keluarganya!

“Tapi walaupun begitu, bila orangtua tidak mengidap alergi, kemungkinan anaknya tidak beresiko,” kata EM Dady Suyoko.

Resiko seorang anak untuk mengidap alergi susu sapi bakal lebih besar apabila dipicu faktor genetika. Kemungkinan, salah satu atau kedua orangtuanya mengidap.

“Kalau salah satu orangtua mengidap alergi, kemungkinannya bisa mencapai 30 persen. Bila kedua orangtuanya alergi, resikonya hampir 50 persen,” tegasnya.

Ia mengatakan, tidak semua anak memiliki resiko yang sama. “Tak semua anak, bisa satu anak atau dua dari tiga anak. Jadi, tak tergantung jumlah,” tambahnya.

Bentuk atau jenis alerginya pun tidak harus selalu identik atau sama dengan orangtuanya. Misalnya, bila sang ibu mengidap alergi asma atau ayahnya alergi gatal akibat udang, maka anaknya tidak harus memiliki alergi salah satu di antara alergi tersebut.

Selain faktor keluarga, faktor jenis kelamin juga sedikit mempengaruhi resiko alergi pada anak. Menurut dia, resiko alergi pada anak khususnya di bawah usia 12 tahun cenderung lebih besar dialami anak laki-laki ketimbang anak perempuan.

Saat masih di bawah usia 12 tahun, resiko perempuan mengalami alergi memang lebih sedikit dibanding pria. Kenapa? Periode itu, proporsi saluran pernafasan laki-laki belum begitu sempurna seperti wanita. Tetapi menjelang dewasa, resikonya sama.

Pada masa hamil, wanita yang punya asma kemungkinan bisa kambuh lagi karena dipicu faktor hormonal, meskipun tidak semua akan mengalaminya karena ini sangat individual.

Untuk menekan resiko alergi pada anak, sebaiknya anak dihindarkan dari lingkungan atau suasana yang menimbulkan alergi.

Paparan terus-menerus berada di lingkungan yang banyak alergen, seseorang bisa menjadi sensitif alergi. Sejak kecil, kita jangan dibiasakan hidup dilingkungan alergi. Misalnya, di rumah tidak perlu banyak karpet, kasur kapuk, atau benda-benda yang bersifat alergen.


Sumber : Harian “Rakyat Merdeka” edisi 21 Januari 2009

Alergi Susu Sapi


Kasus alergi susu sapi akhir-akhir ini semakin meningkat. Alergi susu paling sering ditemukan pada anak yang berusia kurang dari dua tahun.


Diperkirakan, 2-7,5 persen anak pada kelompok umur ini mengalami alergi protein susu sapi. Gejalanya bisa beragam atau tidak terlalu spesifik, maka banyak orangtua maupun tenaga kesehatan sulit mendiagnosa alergi susu sapi.


Cara paling mudah adalah dengan melakukan tes alergi dan memantau penyimpangan dibandingkan anak normal.


“Tenaga medis berperan penting bagi kesehatan bayi dan anak, termasuk dokter anak. Kami selalu ikut berpartisipasi aktif meningkatkan pengetahuan, wawasan serta kualitas dokter anak dalam memberikan pelayanan kesehatan prima bagi bayi dan anak-anak,” ujar Presiden Direktur Mead Johnson Indonesia, Martin Ibarreche.


Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI dr. Badriul Hegar, alergi susu sapi sering ditemukan pada anak dibawah usia tiga tahun.


Hal ini dihubungkan dengan pematangan sistem saluran cerna. Gejala klinis yang paling sering terlihat adalah gangguan saluran cerna (50-80 persen), mulai dari muntah, diare berlanjut yang kadang-kadang disertai oleh darah, konstipasi atau sembelit, bahkan bisa mengganggu tumbuh kembang anak.

“Bila seorang anak terus menderita diare meskipun telah diobati lebih dari seminggu, maka harus dicurigai apakah anak tersebut alergi,” kata Badriul.


Penanganan dasar dan efektif untuk alergi protein susu sapi adalah dengan menghindari protein susu sapi dan turunannya. Selama penanganan alergi susu sapi, pemberian air susu ibu atau ASI kepada bayi yang menderita alergi tersebut tidak boleh dihentikan terutama pada masa pemberian ASI eksklusif pada saat bayi berusia 0-6 bulan.


Keadaan alergi susu sapi memang tidak berlangsung seumur hidup, tetapi dapat menghilang dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya umur.


“Pada umur satu tahun, 56 persen bayi yang awalnya alergi susu sapi bisa sembuh. Dan pada umur 15 tahun, lebih dari 95 persen penderita lebih toleran,” ujarnya.



Sumber : Harian “Rakyat Merdeka” edisi 21 Januari 2009