
Artikel tentang kesehatan, kecantikan, hidup sehat, tips sehat, pengobatan alternatif, herbal yang akan membuat hidup anda jadi lebih baik... Dan lebih sehat tentunya!
Saturday, February 21, 2009
Ramuan Herbal Untuk Perut Kembung

Bookmark this post:
|
|
Tips Sehat Dengan Cara Murah
Bookmark this post:
|
|
Friday, February 20, 2009
Sikat Gigi Yang Bagus Dan Teknik Menyikat Gigi Yang Benar
- Bagian luar gigi depan atas
- Bagian belakang samping gigi atas dan bawah
- Permukaan gigi-gigi geraham belakang atas dan bawah
- Bagian dalam gigi-gigi atas
- Bagian dalam gigi-gigi bawah
- Ganti sikat gigi anda setiap tiga bulan sekali
- Jaga sikat gigi anda agar selalu kering
- Lindungi kepala sikat gigi anda dengan helm atau pelindung sikat gigi
Wednesday, February 4, 2009
Susu Kedelai Tidak Efektif Mencegah Alergi Susu Sapi
Susu kedelai atau soya ternyata tidak bermanfaat dalam mencegah alergi susu sapi. Persatuan Dokter Gastroenterologi, Hepatologi dan Nutrisi Anak-Anak Eropa tidak merekomendasikan susu formula soya.
Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI dr. Badriul Hegar mengemukakan bahwa idealnya untuk pengobatan terhadap alergi susu sapi adalah dengan mengkonsumsi susu formula asam amino.
“Kegagalan penggunaan susu soya mencapai 20 persen. Susu formula asam amino dinilai lebih ideal dibandingkan dengan susu formula protein hidrolisat ekstensif,” kata dr. Dady Suyoko.
Menurut dia, terapi menggunakan susu protein hidrolisat ekstensif masih ditemukan kegagalan sekitar 10-30 persen.
Mengingat harga susu asam amino yang relatif mahal, susu formula protein hidrolisat ekstensif dapat dicoba pada tahap awal dan apabila gagal, baru ditukar dengan susu asam amino.
“Pada alergi akut, penggunaan susu asam amino lebih sering digunakan,” paparnya. Susu asam amino, lanjutnya, mampu mendiagnostik alergi susu sapi lebih tepat daripada susu formula protein hidrolisat ekstensif pada saat mengganti susu formula sapi biasa dan rasanya diklaim lebih disukai oleh bayi.
“Memang rasanya tidak seenak susu sapi biasa, tetapi tetap lebih enak bila dibandingkan dengan susu formula protein hidrolisat ekstensif,” ujar dr. Badriul.
Penggunaan terbaik dilakukan pada bayi berusia satu tahun. “Pada usia tahun pertama kehidupan, sistem imun seorang anak relatif masih prematur dan sangat rentan,” katanya.
Sumber : Harian “Rakyat Merdeka” edisi 21 Januari 2009
Bookmark this post:
|
|
Faktor Genetik Dapat Memicu Alergi Pada Anak

Alergi bisa menimpa siapa saja, termasuk anak-anak. Kenyataannya, setiap orang memang beresiko mengidap alergi meskipun tidak ada riwayat akergi dalam keluarganya!
“Tapi walaupun begitu, bila orangtua tidak mengidap alergi, kemungkinan anaknya tidak beresiko,” kata EM Dady Suyoko.
Resiko seorang anak untuk mengidap alergi susu sapi bakal lebih besar apabila dipicu faktor genetika. Kemungkinan, salah satu atau kedua orangtuanya mengidap.
“Kalau salah satu orangtua mengidap alergi, kemungkinannya bisa mencapai 30 persen. Bila kedua orangtuanya alergi, resikonya hampir 50 persen,” tegasnya.
Ia mengatakan, tidak semua anak memiliki resiko yang sama. “Tak semua anak, bisa satu anak atau dua dari tiga anak. Jadi, tak tergantung jumlah,” tambahnya.
Bentuk atau jenis alerginya pun tidak harus selalu identik atau sama dengan orangtuanya. Misalnya, bila sang ibu mengidap alergi asma atau ayahnya alergi gatal akibat udang, maka anaknya tidak harus memiliki alergi salah satu di antara alergi tersebut.
Selain faktor keluarga, faktor jenis kelamin juga sedikit mempengaruhi resiko alergi pada anak. Menurut dia, resiko alergi pada anak khususnya di bawah usia 12 tahun cenderung lebih besar dialami anak laki-laki ketimbang anak perempuan.
Saat masih di bawah usia 12 tahun, resiko perempuan mengalami alergi memang lebih sedikit dibanding pria. Kenapa? Periode itu, proporsi saluran pernafasan laki-laki belum begitu sempurna seperti wanita. Tetapi menjelang dewasa, resikonya sama.
Pada masa hamil, wanita yang punya asma kemungkinan bisa kambuh lagi karena dipicu faktor hormonal, meskipun tidak semua akan mengalaminya karena ini sangat individual.
Untuk menekan resiko alergi pada anak, sebaiknya anak dihindarkan dari lingkungan atau suasana yang menimbulkan alergi.
Paparan terus-menerus berada di lingkungan yang banyak alergen, seseorang bisa menjadi sensitif alergi. Sejak kecil, kita jangan dibiasakan hidup dilingkungan alergi. Misalnya, di rumah tidak perlu banyak karpet, kasur kapuk, atau benda-benda yang bersifat alergen.
Sumber : Harian “Rakyat Merdeka” edisi 21 Januari 2009
Bookmark this post:
|
|
Alergi Susu Sapi
Kasus alergi susu sapi akhir-akhir ini semakin meningkat. Alergi susu paling sering ditemukan pada anak yang berusia kurang dari dua tahun.
Diperkirakan, 2-7,5 persen anak pada kelompok umur ini mengalami alergi protein susu sapi. Gejalanya bisa beragam atau tidak terlalu spesifik, maka banyak orangtua maupun tenaga kesehatan sulit mendiagnosa alergi susu sapi.
Cara paling mudah adalah dengan melakukan tes alergi dan memantau penyimpangan dibandingkan anak normal.
“Tenaga medis berperan penting bagi kesehatan bayi dan anak, termasuk dokter anak. Kami selalu ikut berpartisipasi aktif meningkatkan pengetahuan, wawasan serta kualitas dokter anak dalam memberikan pelayanan kesehatan prima bagi bayi dan anak-anak,” ujar Presiden Direktur Mead Johnson Indonesia, Martin Ibarreche.
Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI dr. Badriul Hegar, alergi susu sapi sering ditemukan pada anak dibawah usia tiga tahun.
Hal ini dihubungkan dengan pematangan sistem saluran cerna. Gejala klinis yang paling sering terlihat adalah gangguan saluran cerna (50-80 persen), mulai dari muntah, diare berlanjut yang kadang-kadang disertai oleh darah, konstipasi atau sembelit, bahkan bisa mengganggu tumbuh kembang anak.
“Bila seorang anak terus menderita diare meskipun telah diobati lebih dari seminggu, maka harus dicurigai apakah anak tersebut alergi,” kata Badriul.
Penanganan dasar dan efektif untuk alergi protein susu sapi adalah dengan menghindari protein susu sapi dan turunannya. Selama penanganan alergi susu sapi, pemberian air susu ibu atau ASI kepada bayi yang menderita alergi tersebut tidak boleh dihentikan terutama pada masa pemberian ASI eksklusif pada saat bayi berusia 0-6 bulan.
Keadaan alergi susu sapi memang tidak berlangsung seumur hidup, tetapi dapat menghilang dengan sendirinya seiring dengan bertambahnya umur.
“Pada umur satu tahun, 56 persen bayi yang awalnya alergi susu sapi bisa sembuh. Dan pada umur 15 tahun, lebih dari 95 persen penderita lebih toleran,” ujarnya.
Sumber : Harian “Rakyat Merdeka” edisi 21 Januari 2009
Bookmark this post:
|
|